PEREMPUANKU

Istriku perempuan sederhana dan tidak rumit. Ia sangat santai, kalau tidak mau disebut cuek. Kadang terlalu ringan memandang hidup. Kadang tak peduli apa kata orang tentangnya.

Ia bisa lupa dimana menyimpan sendok nasi. Bisa pergi kemanapun dengan flatshoes karet yang disebutnya sebagai sepatu musim hujan. Tak peduli dengan fashion yang sedang booming.

"Ya, sudahlah", begitu reaksinya sambil tersenyum.

"Sendok nasi bisa dicari, Mas. Tak usah jadi stres gegara itu".

Aku cuma bisa tersenyum menahan gemas di hati.
Bagaimana bisa kunikahi perempuan ini.

Hobi menulisnya kadang bikin gerah juga. Apa saja yang terjadi bisa dibuatnya cerita atau puisi.

"Bagus 'kan, Mas?". Aku cuma melihat sekilas.
"Semua orang jadi tahu lho, Dik, bahwa itu pengalamanmu", protesku.

"Ya engga, dong, Mas. Aku 'kan mengemasnya dalam cerita lucu. Tuh, lihat, yang baca juga seneng koq".

Tapi, aku tak suka, kataku dalam hati. Tak tega aku menghapus senyum sumringahnya dengan protesku lagi.

Ya Rabb, koq bisa aku jatuh cinta pada perempuan ini.

Ia tak pernah panik ketika uang belanja menipis di penghujung bulan dan aku belum punya uang ekstra untuk tambahannya.

"Mas tak punya uang buat nambah belanja?"

Aku menggeleng tanpa semangat.

"Ya sudahlah. Pakai tabunganku saja".

"Aku...boleh pinjam, dong".

"No problem, Mas. Nih, hitung sendiri ya..."

Dikeluarkannya sekantong uang receh sisa belanja. Jadilah aku bak kasir supermarket menghitung recehan itu.

Ya Rabb....tak ada lagi sepertinya perempuan seperti dia.

----------------

Dan kini, aku tengah memandangi wajahnya yang pulas tertidur karena kelelahan.
Cucian empat ember sudah digarapnya. Aku lihat jemuran penuh seperti toko baju.
Bekas masak masih berantakan di dapur. Tapi, makanan sudah siap di meja makan.
Tumpukan baju yang menggunung sudah disetrika. Tertumpuk rapi di dalam keranjang baju.

Dia pasti ketiduran menunggu aku pulang.
.
Aku menggamit tangannya. Jemari ini yang selalu mengusap punggung dan rambutku saat malam menjelang tidur.
Dan yang menenangkanku ketika bisnisku sedang merumit. Genggaman tangannya hangat sekali.

Kupandangi lagi wajah pulas istriku. Wajah ini yang selalu memandangku lembut. Membuatku tenang. Membuatku kangen. Membuatku tahu kemana aku harus pulang.....

Malam semakin tua. Kuselimuti istriku. Masih belum puas kupandangi wajah lelahnya.

Ya Rabb, kini aku paham mengapa dia Kau ciptakan untukku.

------------
Cianjur, 02/10/2016

TERBARU :

Data Visitor